Banyak orang mengira bersin dan hidung gatal setiap pagi hanyalah tanda flu biasa. Padahal, bisa jadi itu gejala rhinitis alergi — gangguan pada sistem pernapasan yang terjadi akibat reaksi tubuh terhadap zat alergen seperti debu, serbuk bunga, atau udara dingin. Meski tampak ringan, kondisi ini bisa sangat mengganggu aktivitas harian dan menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat.
Apa Itu Rhinitis Alergi?
Rhinitis alergi adalah peradangan pada lapisan dalam hidung yang dipicu oleh reaksi alergi terhadap zat tertentu (alergen). Saat tubuh seseorang yang sensitif terpapar alergen, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan zat kimia bernama histamin, yang menyebabkan gejala seperti bersin, hidung meler, dan mata berair.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, rhinitis alergi termasuk penyakit yang cukup umum di Indonesia dan dapat dialami oleh semua usia. Kondisi ini tidak menular, namun sering kambuh terutama pada lingkungan yang penuh debu, polusi, atau hewan peliharaan.
Gejala Umum yang Perlu Diwaspadai
Ciri-ciri rhinitis alergi sering kali mirip dengan pilek, tetapi berlangsung lebih lama dan sering kambuh.
Beberapa gejala yang umum meliputi:
- Bersin terus-menerus, terutama di pagi hari
- Hidung tersumbat atau meler (cairan bening)
- Gatal pada hidung, mata, atau tenggorokan
- Mata merah, berair, dan terasa perih
- Suara sengau dan gangguan tidur
Jika gejala tersebut tidak kunjung membaik selama dua minggu atau sering kambuh di waktu tertentu, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis THT.
🌬️ Penyebab dan Faktor Risiko Rhinitis Alergi
Beberapa faktor yang dapat memicu munculnya rhinitis alergi antara lain:
- Debu rumah dan tungau
- Serbuk bunga atau polen
- Bulu hewan peliharaan
- Asap rokok dan polusi udara
- Parfum, pewangi ruangan, dan udara dingin
Selain faktor lingkungan, riwayat keluarga dengan alergi juga meningkatkan risiko seseorang mengalami rhinitis alergi. Data dari Mayo Clinic (2024) menunjukkan bahwa individu dengan satu orang tua yang memiliki alergi memiliki kemungkinan 30–50% untuk mengalami kondisi serupa.
Cara Mengatasi Rhinitis Alergi
Penanganan rhinitis alergi dapat dilakukan melalui dua pendekatan: medis dan mandiri.
1. Penanganan Medis
Konsultasikan ke dokter spesialis THT untuk diagnosis dan terapi yang tepat. Dokter biasanya akan memberikan:
- Antihistamin untuk mengurangi bersin dan gatal
- Dekongestan untuk mengatasi hidung tersumbat
- Kortikosteroid semprot hidung jika gejala berat
- Imunoterapi (vaksin alergi) untuk kasus kronis atau berulang
Menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI), imunoterapi dapat menurunkan sensitivitas tubuh terhadap alergen dalam jangka panjang.
2. Perawatan Mandiri di Rumah
- Rutin membersihkan kamar dan perabot dari debu
- Gunakan air purifier untuk menjaga kualitas udara
- Hindari memelihara hewan berbulu di ruang tidur
- Gunakan masker saat membersihkan rumah
- Perbanyak asupan vitamin C dan cairan tubuh
Kapan Harus ke Dokter?
Jika gejala tidak membaik meski sudah menghindari alergen, segera periksa ke dokter. Rhinitis alergi yang dibiarkan dapat memicu komplikasi seperti:
- Sinusitis kronis
- Otitis media (radang telinga tengah)
- Asma alergi
Berdasarkan data WHO (World Health Organization, 2023), sekitar 20–30% populasi dunia mengalami rhinitis alergi, dan 15% di antaranya berkembang menjadi asma jika tidak ditangani dengan baik.
📚 Referensi / Sumber Berita:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Kenali Rhinitis Alergi dan Cara Mengatasinya. https://www.kemkes.go.id
- Mayo Clinic. (2024). Allergic Rhinitis (Hay Fever): Symptoms and Treatment. https://www.mayoclinic.org
- World Health Organization (WHO). (2023). Allergic Diseases and Asthma Report. https://www.who.int
- American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI). (2023). Immunotherapy for Allergic Rhinitis. https://www.aaaai.org